kehadiran sebuah karya tidak lepas dari daya
Kehadiransebuah karya tidak lepas dari daya - 23358777 ransoe4353 ransoe4353 30.07.2019 Seni Iklan initrianaomi99 initrianaomi99 Sebuah karya terlahir karena adanya daya imajinasi. Penjelasan: Karya seni adalah sebuah karya yang dihasilkan dari imajinasi manusia dengan kreatifitas sehingga mempunyai nilai estetika atau keindahan.
Karyaseni merupakan suatu hasil pengekspresian suatu gagasan penciptanya. Dalam perjalanan hidup manusia tidak lepas dari berkesenian, hal tersebut hadir sebagai wujud dan bentuk pemenuhan kebutuhan akan rasa keindahan. Aktivitas berkesenian tumbuh dan berkembang seiring dengan
Kehadirankerajinan bahan keras daya pikat dan keunggulan, terutama untuk konsumen yang mengejar keindahan klasik. Banyaknya macam bentuk produk kerajinan tidak lepas dari gagasan atau ide manusia yang dapat berawal dari suatu pemikiran dan kehendak melalui tindak cipta karsa. Selanjutnya, cipta karsa tersebut menghasilkan seperangkat karya
1 Keunikan Bahan Kerajinan Fungsi Pakai. Bahan dasar yang dapat digunakan sebagai kerajinan sudah kamu pelajari pada semester satu, yaitu dapat dibuat dari bahan alam, bahan buatan, bahan limbah organik,dan bahan limbah anorganik. Semua bahan dapat diperoleh dari alam, maupun diolah sendiri, bahkan hingga memanfaatkan bahan limbah yang ada di
Manusiatidak bisa lepas dari yang namanya komunikasi. Sebagai makhluk sosial manusia yang selalu berhubungan dengan orang lain, hubungan antar manusia memerlukan komunikasi untuk menyampaikan atau menerima sebuah informasi. Menurut Hafied Cangara (2006:15) komunikasi adalah tentang gambaran bagaimana seseorang menyampaikan
Et Puis Un Jour Tu Rencontres Cette Personne. Jawabankarya sastra yang dihasilkan tidak bisa lepas dari persoalan kehidupan. Sementara itu, daya imajinasi yang dimiliki penulis di pilihan B lebih menekankan kemampuan pengarang dalam mengolah cerita, bukan mengungkapkan masalah yang ada. Kemudian, pilihan C berisi tentang definisi novel. Sementara itu, untuk pilihan D dan E, karya sastra bersifat sastra yang dihasilkan tidak bisa lepas dari persoalan kehidupan. Sementara itu, daya imajinasi yang dimiliki penulis di pilihan B lebih menekankan kemampuan pengarang dalam mengolah cerita, bukan mengungkapkan masalah yang ada. Kemudian, pilihan C berisi tentang definisi novel. Sementara itu, untuk pilihan D dan E, karya sastra bersifat proses kreatif pengarang, kehidupan adalah sumber inspirasi tulisannya. Oleh sebab itu, karya sastra yang dihasilkan tidak bisa lepas dari persoalan kehidupan. Sementara itu, daya imajinasi yang dimiliki penulis di pilihan B lebih menekankan kemampuan pengarang dalam mengolah cerita, bukan mengungkapkan masalah yang ada. Kemudian, pilihan C berisi tentang definisi novel. Sementara itu, untuk pilihan D dan E, karya sastra bersifat proses kreatif pengarang, kehidupan adalah sumber inspirasi tulisannya. Oleh sebab itu, karya sastra yang dihasilkan tidak bisa lepas dari persoalan kehidupan. Sementara itu, daya imajinasi yang dimiliki penulis di pilihan B lebih menekankan kemampuan pengarang dalam mengolah cerita, bukan mengungkapkan masalah yang ada. Kemudian, pilihan C berisi tentang definisi novel. Sementara itu, untuk pilihan D dan E, karya sastra bersifat fiktif.
Jenis – Jenis Apresiasi Oleh Bu GuruDiposting pada Agustus 6, 2021 – Hay hay bertemu lagi dengan artikel . Kali ini kita akan membahas tentang apresiasi. Simak ulasan lengkap nya dibawah ini. Pengertian Apresiasi Kata Apresiasi berasal dari […]
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Halo, apa kabar ?, jika berkenan dipersilahkan mampir di XXXXXXX [caption id="attachment_137192" align="alignright" width="270" caption="hasil oprekan pribadi"][/caption] Mas, Jika tertarik dan berkenan, silahkan ikuti diskusi tentang xxxxxxx ~AdiSaja~ Anda pasti sering mendapat undangan seperti di atas bukan? Undangan pada kolom komentar yang kini diposisikan berada di bawah kumpulan tulisan kita. Pada awalnya saya berpikir ini adalah sebuah kehormatan saya diundang hadir di tulisan kawan saya. Saya pun dengan sukarela membaca dan memberikan komentar. Malah tidak jarang, saya berkunjung berkali-kali ke blog kawan saya untuk mendiskusikan sesuatu. Tapi kini saya paling malas jika mendapat undangan seperti itu. Bukan berarti saya sombong, tapi rasanya kok aneh saja ketika kita belum begitu kenal beneran sama orang yang kita undang. Kita tiba-tiba memberikan link tulisan kita untuk dibaca orang yang tidak kita kenal sama sekali. Apalagi tanpa sopan santun, tiba-tiba nempelin link tulisannya. Hmmm…. Saya tidak tahu apa motif teman-teman yang suka memberikan link ke orang-orang yang notabene belum dikenalnya. Apakah memang mengharapkan kehadiran orang yang diundangnya, ataukah Cuma untuk menaikkan rating popularitasnya? Saya tidak pernah mencari tahu. Yang jelas, wujud sharing n connecting tersebut sudah diberikan oleh tim admin dengan merancang sebuah kolom komentar. Rasanya jika kita ingin memberikan link –yang pada akhirnya oleh kawan-kawan saya disebut nyepam- haruslah kita mengenali siapa kawan kita terlebih dahulu. Gunakan pula bahasa yang santun dan bahasa yang berbeda untuk satu orang dan orang lainnya. Buat saya itu membuktikan bahwa kita memang mengundang orang yang kita tempeli link untuk hadir ditulisan kita. kebanyakan saat ini adalah copy paste, tidak mau ribet. Sehingga ketika kita blogwalking, tak jarang menemukan kalimat link yang sama. Ah, ini Cuma urat oret saya aja yang lagi bête karena tidak bisa menyaksikan siaran piala Thomas di TV. AdiSaja Lihat Inovasi Selengkapnya
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penulisan sebuah karya sastra tidak dapat dilepaskan dari latar belakang situasi saat karya itu diciptakan, termasuk pula latar belakang pengarang yang menjadi bagian dari proses terciptanya karya sastra tersebut. Hal tersebut menjelaskan bahwa karya sastra tidak ditulis dalam kekosongan budayanya, akan tetapi karya sastra ditulis berdasarkan konvensi sastra yang ada Teeuw, 1988. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial Damono, 19791. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan masyarakat, baik secara pribadi sebagai individu maupun relasi sebagai masyarakat pada umumnya. Karya sastra merupakan sebuah bentuk cerita rekaan yang sifatnya fiksi. Namun pada kenyataannya, banyak pengarang yang sering menggunakan objek sejarah dalam melakukan proses kreatifnya. Hal tersebut sering disebut dalam genre prosa sebagai sebuah roman. Dalam hal ini, seorang pengarang mencoba untuk mengekspresikan segala sesuatu perasaan takut, sedih, gembira, benci, dan marah yang telah dialaminya, dalam arti terjadi secara secara faktual maupun baru berupa gagasan. Sastrawan hidup di tempat dan zaman tertentu sebagai bagian dari masyarakatnya. Ia tumbuh dalam tradisi pemikiran yang ada dalam masyarakatnya tersebut. Seorang sastrawan dibentuk oleh tradisi dan mungkin juga ikut membentuk tradisi tersebut. Pendidikan, sejarah, lingkungan sosial, dan ideologi akan ikut memberikan sumbangan terhadap karya sastra yang dihasilkannya. Di samping itu, sebagai seorang pribadi, ia juga memiliki pandangan sendiri yang mungkin berbeda dengan yang ada dalam masyarakatnya. 1 2 Menulis merupakan upaya merekonstruksi bacaan, begitu pula yang dilakukan oleh seorang pengarang dalam proses kreatifnya selalu menuangkan setiap bacaan yang tertangkap dalam pancaran citra inderawi sebagai kenyataan hulu menjadi kenyataan sastrawi. Novel merupakan jenis karya sastra yang sedikit banyak memberikan gambaran tentang masalah kemasyarakatan. Novel tidak dapat dipisahkan dari gejolak atau keadaan masyarakat yang melibatkan penulis dan juga pembacanya. Dapat dikatakan secara hampir pasti bahwa perkembangan masyarakat memainkan peranan penting dalam perkembangan novel sebagai hasil sastra maupun barang dagangan Damono, 1979 3. Bagi seorang Pramoedya Ananta Toer, menulis bukan sekedar mengetik dan menggerakan imajinasi. Seorang pengarang harus mempunyai keberanian untuk mengevaluasi dan merevaluasi budaya dan kekuasaan yang mapan. Sastra tidak bertugas memotret, tetapi mengubah kenyataan-kenyataan hulu menjadi kenyataan sastrawi yang membawa pembacanya lebih maju daripada yang mapan. Sastra harus bisa memberikan keberanian, nilai-nilai baru, cara pandang dunia baru, harkat manusia, dan peran individu dalam masyarakatnya. Estetika yang dititikberatkan pada bahasa dan penggunaannya dianggarkan pada orientasi baru peranan individu dalam masyarakat yang dicita-citakan. Pramoedya Ananta Toer lahir pada tahun 1925 di Blora, Jawa Tengah. Hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara. Akan tetapi, penjara tidak membuatnya berhenti menulis. Baginya menulis adalah tugas pribadi dan nasional. Dari tangannya yang dingin telah lahir lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke lebih dari 39 bahasa asing. Karena kiprahnya di gelanggang sastra dan kebudayaan, Pramoedya Ananta Toer diberi berbagai penghargaan internasional, diantaranya The Pen Freedom to Write pada tahun 1998, Ramon Magsaysay Award pada tahun 1995, dan The Norwegian Authors union pada tahun 2004. Sebelum meninggal, namanya berkali-kali masuk dalam kandidat pemenang nobel sastra. 3 Karya-karya Pramoedya Ananta Toer banyak tercipta dari balik jeruji besi, karya tersebut antara lain Keluarga Gerilya 1950, Percikan revolusi 1950, Ditepi Kali Bekasi 1951, dan Cerita Dari Blora 1952. Dari kamp konsentrasi pulau Buru lahir pula beberapa karya besarnya yang merupakan puncak dari kepengarangan Pramoedya Ananta Toer, antara lain Bumi Manusia 1980, Anak Semua Bangsa 1981, Jejak Langkah 1985, Rumah Kaca 1988, Arus Balik 1995, Mata Pusaran, Arok Dedes 1999, dan Mangir 2000. Novel Gadis Pantai pertama kali diterbitkan pada tahun 1962 sebagai cerita bersambung di rubrik Lentera, sebuah kolom kebudayaan harian Bintang Timur. Penerbitan pertama sebagai buku dilakukan pada tahun 1987 yang diterbitkan oleh penerbit Hasta Mitra. Novel Gadis Pantai bercerita tentang keadaan sosial pada fase sejarah perkembangan Indonesia, yang berisi kritikan terhadap kefeodalan Jawa pada zamannya. Seperti istilah yang dikemukakan oleh Pramoedya bahwa novel Gadis Pantai merupakan kritiknya terhadap Jawanisme; “Saya sangat anti-Jawanisme” Vltchek, Rossie. I, 2006 72. Jawanisme merupakan istilah yang dikemukakan oleh Pramoedya Ananta Toer sebagai protesnya terhadap sistem kefeodalan Jawa. Jawanisme adalah taat dan setia kepada atasan, yang pada akhirnya menjurus kepada fasisme Vltchek, Rossie. I, 2006 45. Paham Jawanisme tersebut sangat kental terasa dalam karyanya Gadis Pantai. Seperti yang dikemukakan oleh Andre Vltchek dan Rosisie Indira dalam sebuah wawancara dengan Pramoedya Ananta Toer, Gadis Pantai merupakan novel yang paling berani mendefinisikan apa itu Jawanisme dengan gaya yang puitis dan lembut. Novel ini menggambarkan kultus kepatuhan dan hierarki Vltchek, Rossie. I, 2006 72. Muhidin M. Dahlan 2006 41, dalam artikelnya yang berjudul Agama Pramoedya Ananta Toer Ateis, Teis, atau Pramis, menyebutkan bahwa novel Gadis Pantai juga merupakan sebuah kritikan terhadap para pandir-pandir agama yang memperturutkan naluri zakarnya sama kuatnya dengan zikirnya. 4 Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer merupakan karya yang tidak selesai unfinished. Novel ini idealnya terdiri dari tiga bagian atau bisa dikatakan sebuah trilogi. Novel Gadis Pantai merupakan bagian pertama dari trilogi tersebut. Novel Gadis Pantai bercerita tentang kehidupan seorang gadis muda yang kehilangan kebebasannya karena harus menikah dengan seorang pembesar priyayi dan menjadi terkungkung dalam nilai-nilai tradisi kepriyayian. Dalam novel Gadis Pantai ini, Pramoedya memperlihatkan sosok feodal priyayi Jawa pada zaman penjajahan Belanda. Novel Gadis Pantai pada dasarnya menceritakan tentang makna priyayi. Priyayi dalam teks tersebut merupakan bagian dari wujud aktivitas manusia dalam sebuah stratifikasi sosial. Perlu diketahui bahwa pada masa itu pemerintah Hindia Belanda membuat sebuah stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial ini didasarkan pada ras dengan menempatkan bangsa Eropa pada posisi tertinggi, kemudian disusul oleh para priyayi dan masyarakat Jawa pada umumnya Munasichin, 2005 44. Pramoedya Ananta Toer memberikan pengertian dari tingkatan priyayi. Sebuah sistem budaya priyayi dengan segala tradisi yang melingkupinya yang agung, mengabdi, dan teratur, walau tetap menampakan sisi kelam dari sosok priyayi tersebut sebagai sebuah ambiguitas dari keberadaannya. Penelitian sebelumnya terhadap novel Gadis Pantai telah dilakukan pada tahun 2002 oleh Ade Husaini, mahasiswa Universitas Siliwangi, dalam bentuk skripsi yang berjudul Analisis Bahasa dan Gaya Bahasa Dalam Novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer Sebagai Alternatif Bahan Ajar di SMU. Penelitian oleh Ade Husaini terhadap novel tersebut dilakukan dengan motif dan tujuan sebagai bahan ajar pelajaran sastra di SMU. Penelitian yang penulis lakukan tentunya berbeda dengan penelitian yang ada sebelumnya. Dengan motif dan tujuan untuk melihat gambaran sebuah tradisi priyayi dengan segala kultus kepatuhannya, penulis melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra sebagai pisau analisisnya, yang menurut penulis dianggap tepat dalam melakukan 5 penelitian terhadap novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Dengan demikian, tema yang penulis angkat dalam penelitian ini yakni tentang tradisi kepriyayian, sebagaimana yang tercermin dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Menurut Saidi 200660, terdapat dua kata kunci yang penting dikemukakan dalam membicarakan sosok Pramoedya, yaitu sejarah dan kekuasaan. Faruk juga mengemukakan bahwa secara kultural Pramoedya Ananta Toer memang berasal dari kultur Jawa Samin, sebuah kebudayaan yang memang sejak awal menolak kebudayaan Jawa yang hegemonik. Termasuk dari segi pribadi Pramoedya sebagaimana yang tampak dalam sejarah hidupnya dan karya-karyanya, terutama dalam novel Gadis Pantai, Pramoedya benar-benar secara keras menolak untuk tidak menjadi orang Jawa dengan kebudayaan di atas. Dengan demikian, fokus penelitian ini adalah bagaimana gambaran priyayi dengan segala tradisi yang melingkupinya direpresentasikan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Gambaran tersebut merupakan kritik Pramoedya terhadap apa yang disebutnya sebagai Jawanisme. Sebuah kultus kepatuhan yang pada akhirnya menjurus kepada fasisme. Priyayi yang diceritakan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ini digambarkan sebagai sosok priyayi yang kasar dan tidak memiliki peri kemanusiaan. Rumusan masalah Dalam penelitian ini dapat dikemukakan berapa rumusan masalah, antara lain 1 Bagaimana struktur cerita novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer? 2 Bagaimana tradisi priyayi direpresentasikan dalam novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer? 3 Bagaimana konsep priyayi yang merupakan bagian wujud aktivitas budaya Jawa direpresentasikan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer? 6 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada tataran tradisi priyayi Jawa sebagaimana yang terdapat dalam teks. Pembatasan masalah ini dilakukan sebagai upaya agar penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer tidak terlalu meluas pada bidang penelitian budaya. Penelitian ini diorientasikan pada penelitian sastra dengan pendekatan cultural studies. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh paparan yang berkenaan dengan 1 Struktur cerita novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. 2 Tradisi priyayi yang direpresentasikan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. 3 Konsep priyayi sebagai struktur masyarakat Jawa yang merupakan bagian dari wujud budaya Jawa yang direpresentasikan dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini, antara lain 1 Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sebuah wawasan lebih mendalam mengenai struktur sosial masyarakat, khususnya kaum priyayi melalui perilaku budaya yang dilakukannya, dengan cara melihat gambaran sebagian tradisi priyayi dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. 7 2 Manfaat praktis dari penelitian ini semoga bisa menjadi jembatan dalam mendekatkan pembaca untuk dapat menikmati karya-karya Pramoedya Ananta Toer, khususnya novel Gadis Pantai. Definisi Operasional Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai definisidefinisi yang merupakan cakupan definisi teori sebagai materi pembantu penelitian. Definisi tersebut, antara lain 1 Pendekatan Sosiologi Sastra; merupakan suatu pendekatan dalam menelaah karya sastra, dengan melihat hubungan antara karya sastra dengan pengarang, pengarang dengan pembaca, dan pembaca dengan karya. 2 Kajian Struktural semiotik; merupakan kajian dalam menelaah sebuah karya sastra dengan analisis yang meliputi aspek sintaksis alur, semantik tokoh, latar, dan tema, dan aspek pragmatik sudut pandang. 3 Tradisi priyayi; merupakan kegiatan rutinitas khas pada sebuah masyarakat yang melekat erat secara turun-temurun dan dianggap sakral. Tentunya dengan sebuah konvensi yang disepakati dalam masyarakatnya kaum priyayi. 4 Konsep priyayi; merupakan sebuah penjelasan mengenai sekelompok orang Jawa yang mempunyai kehormatan dan dihormati dalam sebuah sistem sosial. Priyayi juga cenderung berurusan dengan masalah penataan dunia spiritual, seperti pengendalian emosi, kegiatan mistik, dan perenungan filosofis mengenai hakikat kehidupan. 5 Jawanisme; sebuah bentuk feodalisme Jawa yang dilandaskan pada faktor historis kebudayaan Jawa yang hegemonik, dengan sebuah bentuk kultus kepatuhan, taat, dan setia kepada atasan yang pada akhirnya menjurus kepada fasisme.
Verified answer Sebuah karya terlahir karena adanya daya seni adalah sebuah karya yang dihasilkan dari imajinasi manusia dengan kreatifitas sehingga mempunyai nilai estetika atau seni terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu Karya seni terapan, yaitu karya seni yang mengandung unsur estetika dan nilai guna dalam kehidupan sehari-hari, misalnya vas bunga, topeng, kain tenun, meja, kursi, dan lemari. Karya seni murni, yaitu karya seni yang diciptakan untuk menampilkan unsur keindahan saja, seperti lukisan, lebih lanjutMateri tentang manfaat karya seni JawabanKelas V SDMapel Seni BudayaBab Mari berkaryaKode kunci Karya seni
kehadiran sebuah karya tidak lepas dari daya